Makam Mbah Remo di Kraton, Kota Tegal Banyak Diziarahi Warga

Petilasan Mbah remo di Kraton, KOta Tegal
Petilasan Mbah remo di Kraton, KOta Tegal
Awaludin (kiri) dan Hamzah saat berfoto di
depan Kebun Kelurahan Keraton yang kini berubah fungsi.

Menelusuri jalanan di Kelurahan Kraton, Kecamatan Tegal Barat, Radar menjumpai sebidang kebun di wilayah RT 1 RW 8. Di sana, banyak berdiri pohon tinggi sehingga membuat suasana kebun menjadi rindang dan sejuk, tak terkecuali kesan mistis juga menyeruak karena terdapat makam yang dipercaya sebagai petilasan Mbah Remo.

KEBUN yang luasnya 700 meter persegi tersebut merupakan tanah bengkok milik Kelurahan Kraton yang sekarang pengelolaannya diserahkan kepada Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Namun sayang, kebun tersebut tidak terawat dan pagar pembatasnya rusak.

Saat Radar masuk ke dalamnya, ada banyak hal yang dilihat secara tak terduga. Selain kebun digunakan sebagai media tanam berbagai jenis tumbuhan obat-obatan seperti jahe, kamijara dan kecombrang, di dalamnya terdapat beberapa makam yang terletak di bawah pohon besar. Selain itu, terdapat pemukiman liar yang membuat kondisi kebun kian terlihat kumuh.

Menurut Awaludin, 50, mantan Ketua RT 01 RW 02, Kelurahan Kraton, dulunya kebun tersebut adalah tanah kosong yang diharapkan menjadi paru-paru kota karena banyak berdiri pohon tinggi dan besar. Namun sekitar tahun 1996, terjadi pembukaan lahan di Kelurahan Kraton sehingga banyak warga yang membangun rumah di sekitar kebun.

“Kemudian pada tahun 2000, juga banyak warga yang ingin tinggal di atas tanah kebun tersebut dengan memetak-metak tanah dan menempatinya. Namun setelah dilakukan peremajaan oleh pihak Kelurahan Kraton dengan membangun pagar permanen, beberapa warga terpaksa pindah dari sana, kecuali Yono. Melihat kehidupannya yang pas-pasan, pihak kelurahan memperbolehkan dia tinggal sementara waktu di kebun dan mendirikan gubuk yang terbuat dari kayu bekas dan kardus,” terangnya.

Saat proses peremajaan, lanjut Awaludin, pihak kelurahan menggali sumur sebagai sumber mata air untuk merawat tanaman, kemudian mereka menemukan banyak tulang-belulang yang kemudian makamkan kembali.

Saat ini, keberadaan makam tersebut menarik perhatian orang luar yang memiliki kepentingan tertentu atau lelakon. Sehingga kondisi makam telah berubah fungsi menjadi bangunan permanen dan dikeramik seperti layaknya tempat ziarah. Hal tersebut dilakukan tanpa meminta izin warga sekitar maupun kelurahan.

Di sisi lain, imbuhnya, jumlah pemukiman kumuh di perkebunan tersebut kini semakin bertambah. Selain banyak sampah dan limbah rumah tangga yang membuat pemandangan terlihat kotor, kebun juga digunakan sebagai lahan peternakan sehingga mencemari lingkungan sekitar.

Menurutnya, pihak kelurahan pernah mengupayakan akses Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) namun ada salah seorang warga yang menolak karena khawatir terbebani biaya sewa. Sehingga sampai saat ini belum ada solusi untuk menangani permasalahan lingkungan tersebut.

Awaludin berharap adanya perhatian dan kebijakan dari masyarakat dan Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal dalam upaya menangani permasalahan lingkungan di kebun PKK Kelurahan Kraton, mengingat kebun tersebut pernah mendapat penghargaan dari Pemkot Tegal sebagai kebun Tanaman Obat Keluarga (Toga) terbaik juara dua se-Kota Tegal.

Rekan Awaludin, Hamzah, 60, membenarkan jika saat ini banyak orang luar Kraton yang mendatangi pemakaman untuk ziarah dan lelakon. “Bahkan ada peziarah yang sengaja datang dari Solo,” ujar Hamzah yang rumahnya berada di depan kebun.

Dikatakan, berdasarkan penuturan salah seorang peziarah, konon makam tersebut dipercaya sebagai petilasan Mbah Remo yang kesaktiannya bersumber di rambut panjangnya.

“Entah bagaimana sejarahnya, saya kurang jelas karena para sesepuh yang dianggap mengetahui ceritanya sudah banyak yang meninggal dunia,” katanya. (*/wan)

Sumber: Laporan Dede Nadiyanah di Radar Tegal 31 Maret 2015

Related posts

Leave a Comment