KAMIS 8 NOPEMBER 2012
Di Pendopo Pesantren KALIOPAK
Klenggotan RT.04, Srimulyo, Piyungan, Bantul, DIY
Para pendukung:
Wangi Indriya, Eno Sulistyorini, Sri Waluyo, Agus Mbendol, Sri Waluyo, Joko nugroho, Sunyo, Philips, Sigit, Gatot, Anto, Radit
Berangkat dari mitologi pewayangan, Wayang Air akan mengangkat analogi kerinduan manusia akan air yang bersih, yang merupakan sumber hidupnya. Dari sinilah babagan dimana seluruh pemain yang akan terlibat akan mengalirkan teks-teks dan beragam ekpresi, harapan, obsesi tentang air ke dalam pertunjukannnya sebagai mediasi kreatif untuk mengangkat isu-isu yang berada di ranah lingkungan hidup dan perilaku manusia yang berhubungan dengan air. Dalam ekplorasinya setiap pendukung yang terlibat akan dibebaskan dalam menyikapi air, baik dalam wilayah konseptual dan persepsinya maupun dalam realitas persinggungan prosesnya dengan air. Kehadiran KOMUNITAS WAYANG SUKET dan dalanag KI SLAMET GUNDONO akan menjadi mediasi terjadinya peristiwa dalam jalinan alur cerita wayangnya, menjadi penggalan-penggalan yang terkadang akan tumpang tindih, namum tetap terjadi kesinambungan yang antara satu dengan yang lainnya menjadi rajutan cerita yang utuh.Mengambil penggalan kisah perang Bharatayuda, WAYANG AIR akan mencoba menceritakan tokoh dari keturunan air yakni Bisma yang merupakan anak dari Dewi Gangga dan Prabu Sentanu. “Gangga seperti yang kita kenal adalah nama sebuah sungai di India, namun sebenarnya nama Gangga itu sendiri menggambarkan keseluruhan sungai di dunia ini. Bisma adalah sosok dengan ketulusan hati . Ketulusan yang dimiliki Bisma diibaratkan sebagai air. Hal yang menghidupi manusia seringkali atau bahkan selalu tidak dihargai oleh manusia itu sendiri. Menang dan kalah menjadi sebuah prioritas dalam hidup daripada memilih sikap yang tulus dan ikhlas terutama dalam menghadapi hal yang menyakitkan.
Dalam peperangan tersebut, pada akhirnya Bisma yang berada di pihak Kurawa memilih untuk pergi mencari “sinok” ketimbang memikirkan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Sikap ini juga timbul karena Pandhawa yang merupakan masih terikat dalam hubungan saudara, Bisma merupakan kakek tiri dari Padhawa karena lahir dari ibu tiri Bisma.
Pada cerita ini disampaikan sebuah pertanyaan tentang “sinok” atau sesuatu yang hidup dari air yakni alam. “Bisma ingin mencari tahu, adakah sinok yang masih baik agar ia mampu bertahan hidup. Ada sebuah penggambaran kerusakan ekosistem air sehingga alam pun sulit menerima manusia.
Konsep pertunjukannya sendiri akan menggunakan air, selang, sedotan, bath up, pecahan kaca, gelas, dan masih banyak lagi sebagai setting panggung dan propertinya. Pertunjukan ini juga akan diwarnai oleh perpaduan musik gamelan, combo band dan mini orkestra. Kehadiran bintang tamudari kalangan public figure diyakini akan mampu memberikan warna dan daya tarik tersendiri serta mempertajam nilai yang igin disampaikan dalam pertunjukannya.
kontak informasi:
Honggo Utomo 081 931 655 168 / 0821 4131 9468
Slamet Gundono 08179478214