Buku dengan tebal 108 halaman ini menceritakan masa-masa Tegal dari jaman dahulu yang dikemas secara apik beserta gambar – gambar pendukungnya. Buku ini diterbitkan oleh Kantor Informasi dan Humas Kota Tegal pada tahun 2008. Sudah cukup lama memang, namun masih tetap menarik untuk dibaca. Tim penyusun buku ini pun jangan ditanya lagi, mereka semua merupakan kawakan mengenai sejarah dan budaya Tegal. Sebut saja Yono Daryono, Wowok Legowo, Budoarto, dan masih banyak lagi.
Buku yang terbit pada masa pemerintahan Walikota Adi Winarso, S. Sos. ini terbagi menjadi beberapa Bab –bab yang sesuai dengan masanya. Yaitu:
Bab I Pendahuluan
Pada Bab ini menceritakan Tegal pada zaman Hindu dengan ditandainya penemuan Arca Ҫiwa di Sungai Wadas Adiwerna.
Bab II Tegal Zaman Mataram
Bab ini banyak menceritakan mengenai Sultan Agung dan Sunan Amangkurat I dan konflik dengan Batavia yang sangat menarik untuk disimak. Terlebih pada awal pembahasan Bab II ini terdapat foto Pakaian Khas Tegal yang mungkin banyak orang yang tidak tau. Yaitu pakaian khas pesisiran dengan baju – celana hitam-hitam iket wulung, ikat pinggang sarung, sedangkan perempuannya mengggunakan kebaya dan kain batik corak parang sebagai bawahannya.
Bab III Tegal Zaman Kolonial
Masih ingat dengan VOC? Serikat dagang Belanda yang ingin menguasai perniagaan rempah-rempah di Nusantara. Terutama di daerah pesisir, salah satunya di Tegal.Tegal sebagai daerah enclave Mataram yang ikut bergolak menyokong garis politik Matara.
Tegal yang pada saat itu pusat pemerintahannya di Kalisoka dipindah ke utara agar lebih dekat dengan pelabuhan Tegal. Perubahan pusat pemerintahan ini otomatis merubah corak pemerintahan yang pada mulanya agraris berubah menjadi maritim.
Pada sub-Bab berikutnya lebih banyak mengkisahkan Pemerintahan Tegal pada era Hindia Belanda, tanam paksa, pembangunan jalur kereta api, sejarah SCS atau Gedung Birao, gaya hidup kolonial ditandai dengan penggunaan Gedung Sosiet / Gedung Rakyat oleh Belanda, pemindahan pusat pemerintahan, era politik etis, dan masih banyak lagi.
Bab IV Asimilasi Warga Keturunan di Tegal
Pada abad ke 16 Tegal telah mengadakan hubungan dagang dengan negeri Tiongkok. Sehingga banyak orang Tiongkok yang menetap di Tegal salah satunya Kwee Lak Kwa yang kemudian beluai menyebarkan agama Kong Hu Cu dan membangun Klenteng Tek Hay Kiong.
Selain mengadakan hubungan dagang dengan Tiongkok, Tegal juga mempunyai hubungan dagang dengan pedagang Gujarat (Koja) yang banyak menganut agama Islam.
Bab V Era Revolusi
Pada Bab ini menceritakan era pendudukan Jepang.
Bab VI Era Awal Kemerdekaan
Bab ini berkaitan erat dengan Bab sebelumnya, yaitu menceritakan ketidakpuasan masyarakat Tegal terhadap kepemerintahan Jepang pada saat itu yang terkenal kejam dan tidak berperikemanusiaan. Situasi tersebut semakin memanas terlebih ketika Proklamasai Kemerdekaan dikumandangkan.
Bab ini sangat menarik untuk disimak ketika Indonesia sudah merdeka namun Jepang masih terlihat berkuasa di Tegal. Empat orang pemuda, Moh. Yusuf, Iding Rana, Soemarmo, dan Kadarsiman pernah mendatangi Walikota Tegal, R. Soengeb dan mendesak agar Proklamasi Kemerdekaan tersebut dikumandangkan juga kepada rakyat Tegal. Namun Walikota menolak dengan alas an belum ada perintrah Gunsaikanbu (Pemerintah Dai Nippon) di Jakarta.
Ketidakpuasan tersebut membuat gerakan pemuda semakin berani. Salah satunya adalah usaha menaikkan bendera Merah Putih di depan Kantor Kepolisian dan di Pelabuhan. Pada tanggal 6 september 1945, S. rachmat mengibarkan bendera Merah Putih di Halaman Bengkel Kereta Api.
Pemberontakan Kutil atau disebut juga dengan Peristiwa Tiga Daerah juga dibahas pada Bab ini. Hingga pada akhirnya25 Desember 1945 Presiden Soekarno, Ibu Fatmawati, Drs. Moh. Hatta, Panglima Besar Jenderal Sudirman, Perdana menteri Sutan Sjahrir, beserta rombongan datang ke Tegal salah satunya adalah untuk memadamkan peristiwa tersebut.
Jika ingin mengetahui era Kota Tegal bergabung dengan kabupaten Tegal, jangan lewatkan bab ini.
Bab VII Tegal Menjadi Sumber Sejarah
Bab ini menceritakan banyaknya orang asing yang teratrik dengan Tegal. Karena banyak literature-literatur luar pada masa itu yang bercerita mengenai Tegal.
Bab VIII Penutup
Sebelum pembahasan dimulai, ada sebuah catatan pembuka yang sangat menarik untuk disimak, yang berjudul Waterledeng, kenari dan Pohon Asem Berdaun Blekok yang dibuat oleh Imam Tantowi. Catatan ini menceritakan Tegal pada masa di mana Waterledeng dan lingkungan sekitarnya masih digunakan sebagai tempat bermain yang ditumbuhi banyak pohon besar yang rindang.
Buku ini bisa dipinjam di Perpusda. Bagi yang penasaran dengan sejarah Tegal, yuk dibaca 🙂
Buku: Tegal Stad. Evolusi Sebuah Kota http://t.co/4ZsmdPRKCX | #infoTegal
#tegal Buku: Tegal Stad. Evolusi Sebuah Kota http://t.co/dxoSzbbzOE #portalTGL
RT @infotegal: #tegal Buku: Tegal Stad. Evolusi Sebuah Kota http://t.co/dxoSzbbzOE #portalTGL
kalo untuk beli buku ini dimana ? saya perlu untuk keperluan skripsi. jadi butuh untuk refrensi. thanks
Halo,
Bukunya bisa didapatkan di Perpusda Kota Tegal. 🙂
emang bisa di beli ? kalo di perpusda kota Tegal ?
Pinjam, buku tersebut tidak diperjualbelikan 🙂
[…] Catatan-catatan yang berserakan ini sungguh sangat disayangkan bila kita tidak dikumpulkan. Berbekal pemahaman itulah maka kami ”nekad” menulis buku ”Tegal Stad”: Evolusi sebuah kota. […]
di perpustakaan nasional ada tidak ya?
Kami belum mengecek langsung 🙂
[…] Daryono, Yono. 2008. Tegal Stad: Evolusi Sebuah Kota. Tegal: Kantor Informasi dan Humas Kota […]