Mengenal Lebih Dekat dengan Gunung Slamet

Gunung Slamet

Gunung SlametGunung Slamet, gunung yang berdiri kokoh di sebelah pojok tenggara Kabupaten Tegal ini berbatasan juga  dengan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, dan Kabupaten Pemalang. Tinggi gunung ini sekitar 3.428 mdpl. Jadi bisa dikatakan sebagai gunung tertinggi di Jawa Tengah dan tertinggi kedua di Pulau Jawa (setelah Gunung Semeru).

Gunung yang masif aktif hingga saat ini pada jaman dahulu, bernama Jamurdwipa (Bahasa Sansekerta) sedangkan perubahan nama menjadi Gunung Slamet diperkirakan setelah masuknya Islam ke Pulau Jawa. Banyak cerita yang beredar bahwa penggunaan nama Gunung Slamet mengartikan sebuah harapan agar gunung tersebut tidak meletus atau tetap “slamet” ataupun jika meletus, tidak memberikan dampak yang besar.

Menurut artikel ensiklopedia bebas di Wikipedia, Gunung Slamet terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia pada Lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa. Oh iya, Gunung Slamet ini termasuk dalam tipe gunung strato. Karakter letusan Gunung Slamet umumnya letusan abu disertai lontaran skoria (batuan vulkanik,berwarna gelap ukuran butir antara (4-32mm) mempunyai pori-pori berbentuk memanjang) dan batu pijar, kadang mengeluarkan lava pijar.

Gunung Slamet tercatat pernah mengalami beberapa letusan seperti yang dilansir oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi dalam akun twitternya @BPPTKG , yaitu:

  • Tahun 1772, tanggal 11-12 Agustus, terjadi letusan abu dan lava pijar
  • Tahun 1825, pada bulan oktober terjadi letusan abu
  • Tahun 1835, pada bulan September, terjadi letusan abu selama 2 hari
  • Tahun 1847, ada peningkatan kegiatan aktivitas
  • Tahun 1849, tanggal 1 Desember terjadi letusan abu
  • Tahun 1860, tanggal 19 Maret dan 11 April, terjadi letusan abu
  • Tahun 1875, selama 4 bulan terjadi letusan abu, Mei, Juni, November dan Desember
  • Tahun 1885, tanggal 21 – 30 Maret terjadi letusan abu
  • Tahun 1890, Terjadi letusan abu
  • Tahun 1904, tanggal 14 Juli – 9 Agustus terjadi letusan abu dan lava pijar
  • Tahun 1923, pada bulan Juni terjadi letusan abu dan lava pijar
  • Tahun 1926, pada bulan November (selama seminggu) terjadi letusan abu dan lava
  • Tahun 1927, tanggal 27 februari terjadi letusan abu dan lava
  • Tahun 1928, tanggal 20-29 Maret dan 8-12 Mei terjadi letusan abu dan lava pijar
  • Tahun 1929, tanggal 6,7 dan 15 Juni terjadi letusan abu dan lava pijar
  • Tahun 1930, tanggal 2-13 April terjadi letusan abu dan lava pijar
  • Tahun 1932, tanggal 1 juli dan 12 September terjadi letusan abu
  • Tahun 1934, tercatat ada peningkatan aktivitas
  • Tahun 1939, Tanggal 20 maret, akhir April, 6 Mei, 15 Juli dan 4 Desember, terjadi letusan abu
  • Tahun 1940, tanggal 15-20 Maret dan 15 April, terjadi letusan abu
  • Tahun 1943, tanggal 18 Maret, 1-10 Oktober terjadi letusan abu dan suara dentuman
  • Tahun 1944, tanggal 5 Januari, 30 Juni, Juli dan 28-30 Oktober terjadi peningkatan aktivitas
  • Tahun 1948, tanggal 14 November terjadi peningkatan aktivitas
  • Tahun 1949, Terjadi peningkatan aktivitas
  • Tahun 1951, tanggal 11 Februari, 26 Juni, 2 Juli, 24 Agustus, Oktober dan 30 Desember terjadi peningkatan kegiatan
  • tahun 1952, tanggal 1 januari terjadi peningkatan aktivitas
  • Tahun 1953, bulan Juli, Agustus dan Oktober terjadi letusan abu dan lava pijar
  • Tahun 1955, tanggal 12-13 November, 6 dan 16 Desember, terjadi letusan abu dan lava pijar
  • Tahun 1957, tanggal 8 Februari terjadi letusan abu
  • Tahun 1958, tanggal 17 April, 4 dan 6 Mei, 5 dan 13 September, Oktober terjadi letusan abu dan lava
  • Tahun 1960, pada bulan Desember terjadi letusan abu
  • Tahun 1961, pada bulan Januari terjadi letusan abu
  • Tahun 1966, terjadi letusan abu
  • Tahun 1969, bulan Juni, Juli dan Agustus terjadi letusan abu
  • Tahun 1973, bulan Agustus terjadi semburan lava di kawah
  • Tahun 1988, tanggal 12-13 Juli terjadi letusan abu dan lava pijar
  • Tahun1989, 9 sampai akhir Oktober terjadi peningkatan kegempaan
  • Tahun 1990, tanggal 20 februari – 29 maret terjadi peningkatan kegempaan
  • Tahun 1991, tanggal 28 Juni – 9 Juli, terjadi peningkatan kegempaan
  • Tahun 1992, tanggal 12 maret – 4 April terjadi peningkatan kegempaan
  • Tahun 2000, terjadi peningkatan kegempaan
  • Tahun 2004, bulan November terjadi tremor hembusan
  • Tahun 2005, tanggal 21 Juli terjadi tremor hembusan
  • Tahun 2009, Aktivitas #GunungSlamet dinaikkan mjd WASPADA mjd SIAGA tgl 23 April 2009, peningkatan berlangsung hingga Juli 2009

Dari Gunung Slamet inilah hingga sekarang kita bisa menikmati wisata alam pemandian air panas Guci dan Baturraden. Dan beberapa sungai besar yang berhuhulu Gunung Slamet yang antara lain:  sungai Banjaran, Logawa, Bojo, Penaki, Gronggongan,  Lembarang, Gung, Brengkah, Comal, Batur, dan Erang.

Jalur Pendakian

Gunung Slamet dari ketinggian
Gunung Slamet dari ketinggian 28.000 kaki

Gunung Slamet meskipun terlihat garang, namun hal tersebut tidak menyurutkan minat bagi para petualang untuk menaklukan gunung ini. Ada beebrapa titik pendakian Gunung Slamet, antara lain:

  • Bambangan, Desa Kutabawa, Kec. Karangreja, Purbalingga
  • Baturraden
  • Desa Gambuhan, Jurangmangu, dan Gunungsari di Kabupaten Pemalang.
  • Obyek Wisata Guci, Kabupaten Tegal

Untuk titik pendakian dari Obyek Wisata Guci, jalur yang dilalui cukup terjal, namun meskpipun terjal Anda akan disajikan view pemandangan paling baik dari jalur pendakian lainnya. Patut dicatat juga, di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air sehingga disarankan membawa bekal air yang cukup.

Pusat Kerajaan

Selain terkenal dengan keindahannya, Gunung Slamet juga menyimpan sejarah penting. Yaitu sebagai tempat didirikannya Kerjaan Galuh Purba (sekitar abad ke 1-6 M), yang konon merupakan kerajaan pertama yang berdiri di Jawa Tengah. Kerajaan Galuh Purba sendiri terdiri dari beberapa kerajaan kecil, antara lain:

  • Kerajaan Galuh Rahyang lokasi di Brebes, ibukota di Medang Pangramesan
  • Kerajaan Galuh Kalangon lokasi di Roban, ibukota di Medang Pangramesan
  • Kerajaan Galuh Lalean lokasi di Cilacap, ibukota di Medang Kamulan
  • Kerajaan Galuh Tanduran lokasi di Pananjung, ibukota di Bagolo
  • Kerajaan Galuh Kumara lokasi di Tegal, ibukota di Medangkamulyan
  • Kerajaan Galuh Pataka lokasi di Nanggalacah, ibukota di Pataka
  • Kerajaan Galuh Nagara Tengah lokasi di Cineam,ibukota di Bojonglopang
  • Kerajaan Galuh Imbanagara lokasi di Barunay (Pabuaran), ibukota di Imbanagara
  • Kerajaan Galuh Kalingga lokasi di Bojong (bukan Bojong yang sekarang ada di Kabupaten Tegal), ibukota di Karangkamulyan

Dari kerajaan-kerjaan kecil tersebut dapat disimpulkan jika kerajaan ini memiliki wilayah yang cukup luas, yaitu Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen ,Kedu, Kulonprogo, dan Purwodadi.

Jadi tidak heran jika disekitar Gunung Slamet dan beberapa bukit yang mengintarinya banyak terdapat reruntuhan batu-batu yang konon merupakan peninggalan kerajaan, warga sekitar menyebutnya dengan candi.

Cukup menarik bukan mengenai si Gunung Slamet ini, semoga penjelasan ini bermanfaat bagi semuanya 🙂

Sumber:

Wikipedia

@infoKabPemalang

Maskumambangr

Wikimedia

 

Related posts

52 Thoughts to “Mengenal Lebih Dekat dengan Gunung Slamet”

  1. […] Gunung yang masif aktif hingga saat ini pada jaman dahulu, bernama Jamurdwipa (Bahasa Sansekerta) sedangkan perubahan nama menjadi Gunung Slamet diperkirakan setelah masuknya Islam ke Pulau Jawa. Banyak cerita yang beredar bahwa penggunaan nama Gunung Slamet mengartikan sebuah harapan agar gunung tersebut tidak meletus atau tetap “slamet” ataupun jika meletus, tidak memberikan dampak yang besar. … Selengkapnya > […]

Leave a Reply to Gama FM Tegal » Blog Archive » Mengenal Lebih Dekat Dengan Gunung Slamet Cancel reply