Festival Dalang DULONGMAS adalah buah gagasan dari KI ENTHUS SUSMONO. Dilatar belakangi pem’bacaan’nya tentang kondisi dalang-dalang di wilayah eks Kedu, Pekalongan dan Banyumas yang cenderung hanya berposisi sebagai epigon, bukan pembaharu dan terkondisikan menjadi bagian dari mainstream pedalangan gaya Solo dan Jogja karena kurang berani mengelaborasi kekuatan lokalitasnya sebagai peneguhan jati diri dan eksistensi.
FESTIVAL DALANG DULONGMAS merupakan wadah untuk mempertemukan karya terbaik dari dalang-dalang di wilayah eks karesidenan Kedu, Pekalongan dan Banyumas untuk memasuki kembali tradisi berpikir dan berproses secara sungguh-sungguh, cerdas, kreatif dan inovatif dalam menggarap sebuah pertunjukan wayang. Dengan mengusung tema dan konsep yang berbeda setiap tahunnya, Festival Dalang Dulongmas selalu bertahan pada konsep pemberdayaan, edukasi dan kreatifitas. Dengan berpegang pada konsep pemberdayaan maka disain program festival selalu diarahkan pada optimalisasi seluruh aspek pendukung yang terlibat, membangun hubungan simbiosis mutualisme, baik antar seniman, masyarakat penontonnya, media publikasi & promosi, pembangunan opini serta komunitas-komunitas yang senantiasa melingkupi budaya pewayangan sendiri, baik komunitas yang berbasis ekonomi, seni budaya maupun pendidikan.
Festival Dalang Dulongmas 2014 – Membangun Festival Dalang yang berdaya.
Menapaki penyelenggaraan yang kali ketiga ini, Festival Dalang Dulongmas 2014 yang akan digelar 10-14 November 2014 berupaya untuk menyempurnakan diri. Dari kajian dan evaluasi festival dalang dulongmas sebelumnya dan festival -festival dalang yang pernah digelar sebelumnya, serta mempertimbangkan fenomena pertumbuhan kuantitas dan kualitas dalang-dalang muda saat ini yang berkembang pesat, festival dalang dulongmas 2014 merasa perlu meng-upgrade fungsi dan peranannya sebagai ruang pesta-nya para dalang. melalui kegiatan-kegiatan yang diyakini akan menunjang performa dalang , publisitas dalang serta tata kelola manajerialnya. Serangkaian kegiatan akan dipersiapkan dengan matang, antara lain: Sarasehan dan workshop bedah lakon, sarasehan dan workshop manajerial untuk calon-calon manajer dalang, lomba fotografi panggung & penulisan essai pertunjukan wayang festival dulongmas 2014, dan peluncuran situs resmi www.dulongmas-festival.com. Melalui penyelenggaraan kegiatan pendampingan ini, diyakini akan memberikan dampak yang signifikan bagi peserta, seni pedalangan pada umumnya, dan komunitas yang melingkupinya.
Pertunjukan wayang kulit pakeliran padat tetap akan menjadi menu utama dalam festival dulongmas 2014. Yang berbeda adalah lakon-lakon wayang yang akan disajikan. Festival kali ini akan menampilkan 17 seri bersambung Mahabharata, yang dimainkan oleh 17 dalang muda terbaik se-eks Kedu, Pekalongan dan Banyumas. Format pakelirannya adalah padat berdurasi 60 menit dan setiap dalang berhak memilih atau memadukan gagrak pakelirannya : Surakarta, Jogjkarta, dan Banyumas. Formulasi cerita bersambung durassi padat ini diharapkan akan mampu meningkatkan daya apresiasi masyarakat, disamping aspek dokumentasi yang dihasilkan akan lebih memiliki potensi untuk diekplore lagi sebagai produk turunan yang bisa memberikan dampak manfaat bagi para dalang peserta festival.
Demi memaksimalkan performa mereka, 2 maestro dalang : Ki Manteb Soedharsono & Ki Enthus Susmono akan memberikan pembekalan untuk 17 dalang peserta festival, yang akan diselenggarakan tanggal 22 oktober 2014 Jam 09.00 – Selesai di Rumah Dinas Bupati Tegal. Kedua dalang kondang tersebut akan membedah 17 lakon yang nantinya akan ditampilkan melalui kegiatan workshop dan sarasehan interaktif sehingga proses dialog akan terjadi diantara mereka. Dalam proses kreatif nantinya, masing-masing peserta dibebaskan untuk mengembangkan cerita, membangun alur dramaturginya, iringan pakeliran, membangun komunikasi dengan penonton dan mengintrepretasikan kontektual kekiniannya. Aspek-aspek inilah yang akan menjadi tantangan dan penilaian dari dewan juri nantinya.
Dalam setiap hari pelaksanaannya, 4 – 5 penampil akan menyuguhkan karya terbaiknya, membawa penonton merekontruksi jalinan antar lakonnya. Adapun urutan lakonnya dalah : Pendadaran Sokalima, Bale Sigala-gala, Babad Wonomarto, Sesaji Raja Suya , Pandawa Dadu, Wirata Parwa, Kresna Gugah, Kresna Duta, Bisma Gugur, Abimanyu Ranjab, Burisrowo Lena, Gatotkoco Gugur, Dursosono Jambak, Durno Gugur, Karno Tanding, Salya Gugur, Sengkuni Beset, Duryudono Gugur.
Mengusung tema : Dalang Muda Menantang Jaman.
Beragam festival dalang/wayang telah banyak digelar secara rutin oleh lembaga resmi terkait serta beberapa instansi yang memiliki perhatian lebih kepada dunia pedalangan di Indonesia. Dan usaha itupun mulai menampakkan hasil yang menggembirakan. Regenerasi dalang di berbagai kategori umur semakin terjaga pertumbuhannya. Apresiasi masyarakat-pun semakin tumbuh. Namun kita sadari pula bahwa hampir semua festival dalang tersebut hanya beriorientasi pada kepentingan regenerasi dan konservasi. Berulang kali dalang Ki Manteb Soedharsono dalam kesempatan wawancara dengan media, Ki Manteb menilai pertumbuhan dalang-dalang saat ini sungguh sangat menggembirakan baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Tapi pertanyaan pentingnya adalah : “ sing arep nanggap sopo ? “. Artinya seorang Manteb Soedharsono melihat bahwa ada aspek-aspek lain yang perlu segera diperhatikan untuk ‘digarap’ untuk menopang keseimbangan pertumbuhan dalang-dalang tersebut, disamping tentunya peran aktif pemerintah untuk menciptakan ‘pasar’ bagi dalang-dalang muda tersebut. Hal senada juga menjadi kegelisahan Bupati Tegal Ki Enthus Susmono. Beliau melihat bahwa sudah saatnya peran festival dalang di Indonesia harus diupgrade peranannya, tidak hanya melulu melahirkan, mencetak dalang dan ‘nguri-nguri’ warisan nenek moyang. Program pendampingan terhadap kegiatan lomba/kompetisi yang menjadi menu tunggal di dalam festival harus segera dipikirkan, karena trend ke depan adalah pertunjukan wayang akan bersaing dengan hingar-bingar dunia entertainment modern.
Untuk itulah FESTIVAL DALANG DULONGMAS III tahun 2014 ini kembali digelar di Kabupetan Tegal sebagai wadah bagi 17 dalang muda di wilayah eks karesidenan Kedu, Pekalongan dan Banyumas. Dengan mengusung tema “dalang muda menantang zaman”, mereka diajak untuk memasuki kembali tradisi berpikir cerdas, kreatif, inovatif dan sungguh-sungguh dalam menggarap sebuah pertunjukan wayang. Progresifitas dalang-dalang muda sengaja diransang melalui kegaiatannya. Tradisi lama dalang yang cenderung ‘menunggu bola’ meski perlahan dirubah dengan semangat maju untuk manantang masa depan dunia pedalangan. (kontak informasi festival dalang dulongmas 2014 : honggo utomo. 082141319468 / 08570807077 / e-mail : dulongmasfestival@gmail.com)