RA Kardinah
Nama Kardinah tak lepas dari bayangan RA Kartini. Kardinah lahir di Jepara, 1 Maret 1881. Ia merupakan anak ke-7 Bupati Jepara RM Sostroningrat. Ayahnya selalu menularkan kepekaan sosial pada anak-anaknya. Setelah menikah dengan Bupati Tegal, Ario Reksonegoro, pada tanggal 24 Januari 1902 Kardinah kemudian memulai mewujudkan cita-cita Het Klaverblad (daun semanggi) atau 3 saudara—julukan untuk Kartini, Rukmini dan Kardinah. Cita-cita mereka ialah agar kaum perempuan mendapatkan hak yang sama untuk bisa meraih pendidikan.
Kardinah juga berkirim surat dengan Nyonya Abendanon di Belanda seperti RA Kartini namun tidak sesering RA Kartini. Kardinah menceritakan tentang keadaan terbatasnya pendidikan di Tegal. Kardinah selalu merasa tak puas dengan kebijakan pemerintah kolonial yang membatasi akses pendidikan bagi kaum bumiputera.
Hingga pada akhirnya Kardinah dapat mendirikan sekolah kejuruan bagi kaum perempuan dan sekolah rendah pada 24 Oktober 1924. Kardinah juga prihatin dengan kondisi kesehatan rakyat di Tegal, lalu membangun fasilitas kesehatan pada tahun 1927 yang diberi nama Kardinah Ziekenhuis atau Rumah Sakit Kardinah dengan tujuan untuk memperbaiki pengetahuan masyarakat Tegal tentang kesehatan karena pada masa itu masyarakat Tegal masih terlalu percaya dengan hal-hal klenik.
Perkembangan Batik
Sebagai kota yang letaknya strategis, Tegal tak luput dari daerah penyebaran batik di Pulau Jawa. Batik pertama kali dikenal di Tegal yaitu pada akhir abad ke-19. Pada saat itu, batik masih didominasi dengan motif keraton dan berwarna hijau atau kecoklatan.
Pada tahun 1908 batik diperkenalkan oleh Kardinah. Ia membangun sekolah kepandaian putri untuk gadis pribumi yang bernama Wismo Pranowo. Disitulah para gadis pribumi mulai diperkenalkan dan diajarkan membatik. Dan bermula dari sekolah tersebut, kreasi batik Tegalan mulai berkembang. Yang awalnya hanya beberapa warna untuk batik kemudian menjadi kreasi berbagai warna. Ciri khas batik Tegalan ialah berwarna-warni. Ciri khas motif batik Tegalan lebih mengarah pada motif rengrengan besar atau melebar. Warna lembut dan kontras adalah motif gaya pesisiran, membuat kesan yang lebih tegas dan lugas seperti karakter masyarakat Tegal.
Hal menarik lain dari batik Tegalan ialah ornamen-ornamen disekitar motif utama. Contohnya ornamen titik-titik, koma ataupun lingkaran kecil yang makin menghidupkan dan memiliki proporsi penempatan yang tepat dengan motif utama pada batik Tegalan. Batik Tegalan juga memiliki makna dan filosofi tertentu contohnya pada motif Gurdo yang melambangkan sebagai penggambaran panji-panji garuda dan kebesaran yang dibawa oleh kelompok Amangkurat I dalam perjalanan pelariannya.
Kardinah memiliki peran yang andil dalam memperbaiki taraf hidup masyarakat Tegal. Ia selalu memiliki ide-ide yang kreatif yang bisa membuat seluruh rakyat agar bisa mandiri dan lepas dari belenggu pemerintahan kolonial yang terlalu banyak aturan pada masyarakat bumiputera.
Batik Tegalan Saat Ini
Pada kenyataannya, para pengrajin batik Tegalan makin hari makin berkurang dikarenakan permintaan pasar yang rendah dan para pengrajin batik Tegalan lebih memilih menjadi pedagang warung tegal atau Warteg di Jakarta.
Produksi batik Tegalan masih berskala kecil dan pasarannya untuk daerah lokal saja. Terdapat realitas yang menarik ketika batik Tegalan akan dipatenkan menjadi hak cipta milik daerah Kabupaten Tegal. Para pengusaha batik Tegalan tidak membutuhkan suatu hak cipta atas karya-karya mereka namun mereka membutuhkan cakupan batik Tegalan agar pemasarannya lebih meluas lagi. Dengan begitu, batik Tegalan bisa lebih dikenal oleh nasional bukan hanya untuk produksi lokal atau perorangan.
Ditulis oleh: Vita Zahrah
[…] nih. Terutama lekukan pada angka 420 di bagian atas dan bawah. Ternyata terinspirasi dari motif batik Tegalan nih sobat yang dominan motif flora dan fauna. Seperti motif grandilan, kitiran, dan […]