Ada yang menarik dari sebuah sudut kota yang terkenal dengan kuliner tahu aci dan ponggol setannya. Di kota Tegal ini pula, tempat tinggal seorang penulis novel yang menggeluti bidang kepenulisan dalam empat tahun terakhir. 7 (tujuh) buah novel solo dan 2 (dua) kumpulan cerpen dihasilkan dari kepingan imajinasi yang terus ia kumpulkan sejak lulus dari sebuah Universitas Negeri di Surakarta, (UNS).
Zachira. Itulah nama pena dari sosok penulis wanita yang mengaku mulai serius menulis setelah jenuh menjadi karyawan kantoran. Pemilik nama asli Indah Erminawati ini mengaku sebelumnya tidak pernah bercita-cita menjadi penulis. Saat masih duduk di bangku sekolah kegemarannya adalah menggambar dan pernah bercita-cita menjadi ilustrator atau komikus.
Jika saat ini Zachira lebih memilih menekuni bidang kepenulisan novel, semata karena dalam menulis imajinasinya bisa berjalan lebih lancar dibandingkan ketika menggambar yang seringkali terbentur kendala teknis dan tingkat keterampilan. Alasan lain, karena novel lebih mudah diterima masyarakat. Sementara komik, masyarakat kita masih fanatik dengan komik produk luar negeri. “Bahkan dalam bermimpi pun, kadang diperlukan plan B lho, supaya kita bisa tetap enjoy danfokus menikmati hidup,” ujarnya.
Susah nggak sih menerbitkan novel?
Sambil berpikir sejenak, penulis yang sejak awal konsisten menulis novel bergenre romance ini mengaku menulis bukan suatu aktivitas yang menghasilkan uang dalam waktu singkat. Tidak instan dan tidak serta merta naskah yang baru pertama ditulis langsung diterbitkan penerbit besar dan bukunya terdisplay di toko buku gramedia.
Zachira pun tidak langsung menikmati bukunya terbit dan beredar di toko buku seluruh Indonesia. Beberapa kali penolakan pernah dialaminya. Tidak kurang dari empat penolakan mewarnai pengalamannya berurusan dengan penerbit-penerbit ternama. Bahkan pada penolakan yang ke sekian cukup membuatnya down dan merasa ingin menyerah menjadi penulis novel.
Menulis sudah menjadi kecintaan. Meski sempat melupakan sejenak dunia kepenulisan dan tenggelam dalam kesibukan kerja, pada akhirnya Zachira memilih untuk membuka kembali naskah lamanya dan menulis ulang naskah novel yang sudah berkali-kali ditolak. Hasilnya, dengan sedikit kesabaran ekstra, naskah itu kini diterbitkan oleh Media Pressindo, salah satu penerbit mayor di Yogyakarta dan judul novelnya adalah So… Loveable.
“Nerbitin buku itu kayak jomblo yang haus ngerasain pacaran. Udah punya pacar lalu putus patah hati nggak bikin kapok nyari pacar. Sama juga kayak bikin buku. Buku udah terbit, meski penjualannya biasa-biasa aja ya nggak bikin kapok nulis. Tetep aja nyari penerbit yang cocok,” candanya saat ditanya soal pengalamannya menerbitkan buku.
Ini dia judul novel yang terbit diurutkan dari tahun terbit
- High School Prince (Penerbit Zettu, 2012)
- So… Loveable (Media Pressindo, 2013)
- Diamond Sky in Edinburgh (DivaPress, 2014)
- Kimi no Hitomi ni Hikari (Grasindo, 2014)
- The Wedding Storm (Grasindo, 2015)
- Dearest (Grasindo, 2015)
- Homeless (Grasindo, 2015)
Apa suka dukanya menjadi penulis novel?
Berhubung ini adalah dunia yang sangat disukainya, penulis yang sedang menulis novel ke delapannya saat ini mengatakan, sebisa mungkin tidak tenggelam dalam duka (*tsahhh) dan mencoba menangani kendala menulis secermat mungkin. Baginya tidak ada istilah writer’s block. Macet saat menulis murni cuma perkara malas. Kurang inspirasi bisa disiasati dengan jalan-jalan, nonton film atau nonton artis berantem di media sosial #eh.
Itu dukanya. Bagaimana dengan sukanya? Banyak. Selainkaryanya bisa mejeng dan terdisplay cantik di seluruh toko buku di Indonesia, Zachira juga sangat senang ketika mendapatkan apresiasi dari pembaca yang menyukai karyanya. Atau malah yang justru gemas dengan cerita di dalam novelnya. Menurutnya sangat menyenangkan ketika mengetahui seseorang begitu tergerak dengan kisah di dalam novel yang kita buat dan dibuat sedih, kesal atau marah karena cerita di dalamnya.
Satu hal lagi, menulis pula yang membuat penyuka musik Jepang dan drama Korea ini bisa bepergian ke luar negeri. Berhasil menjadi pemenang kedua dalam sebuah lomba menulis novel dan mendapatkan hadiah Trip ke Korea adalah sebuah kesempatan yang berharga yang tidak disangka-sangka. Wow…
Ada saran untuk calon penulis muda terutama dari Tegal?
Menulis bukan proses instan. Seringkali proses lebih melelahkan ketimbang hasil yang diperoleh. Buat sebagian orang yang berorientasi pada hasil yakni uang atau royalti ini bisa jadi melelahkan bahkan bikin tidak sabar. Tetapkan tujuan menulis. Jika dari awal memang mencintai aktivitas menulis, segala proses bisa dijalani tanpa banyak drama.
Banyak berlatih menulis dan berproses dengan benar. Satu-satunya untuk mengukur kemampuan menulis kalian layak atau tidak dengan mengirimkan naskah ke penerbit yang kredibel atau mayor. Beberapa penulis memilih menerbitkan karyanya secara indie. Kecuali kalian penulis yang sudah populer, tidak disarankan memilih cara ini karena penerbitindie bisa menerbitkan naskah apa saja bahkan naskah yang berantakan sekalipun atau tanpa editing. Cara ini membuat kalian kurang menyadari kekurangan dalam naskah kalian dan lambat berkembang.
Saran terakhir, teruslah ngotot dalam menulis. Ngotot diperlukan untuk tujuan bisa tercapai. Sekian.
Buat kamu yang penasaran dengan Beliau “Zachira” bisa dihubungi via
Email : zachira.indah@gmail.com
Twitter : @zachira
IG : @zachira.indah
FB : Zachira Indah