“Plenong Dem”, Penanda Waktu Berbuka di Tegal

Masjid Agung Tegal tahun 1980
Masjid Agung Tegal tahun 1980
Masjid Agung Tegal tahun 1980an. Foto koleksi Humas Pemkot Tegal

Sekarang, untuk mengetahui sudah masuk berbuka puasa (maghrib) cukup mudah, bisa mendengarkan dari speaker masjid, informasi di TV, radio, maupun aplikasi yang disematkan di ponsel pintar atau smart phone. Namun bagaimana jika pada zaman dulu, sekitar tahun 1980-an ke belakang? Mungkin saat itu belum ngetren penggunaan speaker masjid. Di Tegal sendiri (mungkin di daerah lain juga sama) sekitar tahun 1950 hingga tahun 1980-an jika akan memasuki waktu berbuka puasa, dari takmir menyalakan petasan roket atau petasan yang meledak di angkasa atau disebut “Plenong Dem”. “Plenong” sendiri jika diartikan adalah meluncur lurus ke atas, sedangkan “dem” itu adalah suara ledakannya 😀

Maklumat Penggunaan Petasan
Maklumat Penggunaan Petasan

Di zaman itu penggunaan petasan memang diijinkan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia Serikat di tahun 1950. Petasan tersebut boleh digunakan untuk menandakan waktu berbuka. kemudian banyak masjid yang menggunakan penanda tersebut, termasuk di Masjid Agung Kota Tegal. Walau semakin tahun semakin banyak yang menggunakan speaker, namun di Masjid Agung Tegal masih tetap melaksanakan tradisi tersebut. Hingga tahun 1983-an, bertepatan dengan renovasi masjid, suara petasan tersebut tak terdengar lagi. Entah karena anggarannya dipangkas atau memang sudah tidak diperbolehkan kembali menggunakan petasan.

Namun di tahun 1990-an alih-alih menggunakan petasan, Balai Yasa (mungkin ada yang bisa mengkoreksi kebenaran info ini?) yang berlokasi di timur Alaun-alun Tegal, membunyikan sirinenya saat masuk waktu berbuka. Namun banyak yang menyangka sirine tersebut diletakan di atas menara air (water leideng), karena suaranya yang sangat keras menggema di alun-alun saat sore hari.

Kini zaman sudah berubah, kita hanya bisa mendengar cerita-cerita tersebut dari bapak atau simbah yang sudah banyak makan garam dengan perkembangan pembangunan di Tegal. Semoga cerita ini bisa dijadikan wawasan tentang Tegal di masa lampau, terutama saat bulan Ramadhan.

Sumber:

Foto dan data oleh Iwan K. Soewondo.

Related posts

Leave a Comment