Suatu waktu jeda tengah November 2009, seorang rekan mengirimi saya pesan melalui Facebook. Teman ini mengajak saya membuat dan mengelola sebuah forum diskusi semacam Kaskus. Namanya Tegal Cyber Community (TCC). Keunikan forum yang akan dibuat ini adalah menggunakan bahasa Tegal sebagai bahasa komunikasinya. Waktu itu saya iyakan saja ajakan tersebut. Pertama, saya pikir ini proyek biasa saja. Tidak terlalu istimewa. Kedua, saya melihatnya sebagai kelatahan forum dunia IT yang coba meniru dan mengikuti keberhasilan Kaskus.
Namun sekali dua kali berkunjung ke forum tersebut, yang beralamat di www.tegalcyber.org, membuat saya berpikir kembali. Ini ide luar biasa! Betul memang latah, tetapi ini kreatif. Ini beda. Membuat forum diskusi dengan bahasa lokal daerah sebagai bahasa utamanya. Maka, bergeraklah saya terlibat lebih intensif lagi. Saya bantu mempromosikannya di Facebook, mengajak teman-teman yang saya kenal untuk bergabung di forum itu. Membuat note dan blog, tentang manual singkat bagaimana proses mendaftar dan berkomunikasi di forum tersebut.
Hingga saat ini, www.tegalcyber.org telah berkembang cukup besar bagi sebuah forum lokal berbahasa daerah. Kami melibatkan anggota untuk menjadi sukarelawan. Yang tertarik di programming, mereka dilibatkan dalam perbaikan bug dan pembuatan menu baru. Yang tertarik di desain, mereka dapat membuatkan header tematik atau icon-icon kocak di forum. Yang jago ngomong, kami ajak mereka untuk membantu menyebarkan TCC di komunitasnya masing-masing. Jadi, TCC besar tak hanya oleh segelintir orang saja, tetapi besar karena kepedulian dan kerja keras anggotanya sebagai sukarelawan.
Di lain waktu saya dan teman-teman bersama-sama merintis unit usaha di kota Tegal. Muncullah ide untuk membuat unit usaha kaos seperti kaos Dagadu dan Joger, tetapi mengusung identitas kota Tegal sendiri. Ide ini menarik. Kami pun bersama mengkaji. Ternyata di Tegal sudah pernah ada sebelumnya kaos Tegalan. Namun, desain dan pengelolaannya tak terurus sehingga tak mampu bertahan lama. Berangkat dari kekurangan itulah, kami membuat brand kaos sendiri bernama: Kaos Galgil, dengan kios di depan Pasar Pesayangan, Talang Tegal.
Dari kenekatan inilah, kami ingin mempromosikan Tegal serta menumbuhkan kebanggaan sebagai orang Tegal. Awalnya kami mencetak 120 buah kaos, dengan 10 desain. Karena tak bermodal besar, kami menggunakan Facebook sebagai pemasarannya. Kami membuat akun yang serupa dengan brand kami: Kaos Galgil. Respon pun berdatangan. Ada pujian. Ada saran. Ada pula kritikan. Kami menanggapinya secara positif. Artinya, ada konsumen yang siap menerima ide kami melalui kaos ini.
Kami berpromosi melalui status Facebook. Tak melulu tentang jualan kaos, status itu kami isi dengan banyak hal. Dengan bahasa Tegal, kami memposting kritik-kritik sosial, humor Tegalan, ataupun mengomentari isu yang sedang hot. Interaksi yang tak melulu soal jualan inilah yang semakin memperkuat ikatan kami dengan jaringan pertemanan kami di Facebook. Brand Kaos Galgil pun semakin populer bagi warga Tegal, baik yang tinggal di luar kota juga di lingkungan Tegal sekitarnya. Bahkan ada pesanan datang dari warga Tegal yang tinggal di Sumatera Barat, Kalimantan, dan Nusa Tenggara.
Dunia kreatif, IT, dan jejaring sosial adalah dunia masa kini dan masa depan. Kami, anak-anak muda, melihat bahwa peluang masyarakat Tegal, berkecimpung dan memanfaatkan potensi ini masih begitu kurang. Tingginya tingkat kewirausahaan di Tegal masih berkutat dengan proses konservatif. Kalaupun familiar dengan teknologi, masyarakat Tegal hanya bertindak sebagai konsumen belaka. Internet hanya untuk membuka Facebook, Twitter, dan bermain online games. Memakai jejaring sosial hanya menjadi tempat curhat. Perilaku yang kurang produktif di tengah tuntutan dunia global saat ini.
Perkembangan IT telah mendorong berbagai proses berjalan dengan sangat cepat. Selain itu, IT juga memicu munculnya pasar-pasar virtual (virtual markets) dan persamaan untuk dapat pesat seperti. Pasar virtual ini berupa situs jual beli online, di mana setiap orang diberikan kesempatan untuk membuat “kios”-nya sendiri, meletakkan barang dagangannya di situ, mengaturnya dari manapun dia berada, dan melakukan transaksinya melalui rekening bank, paypal, bahkan juga bisa berupa cash on delivery. Kelebihan lain dari pasar ini adalah kemampuannya untuk bertransaksi dan berpromosi tanpa mengenal batas waktu dan tempat. Skalanya tak hanya bersifat lokal, bahkan bisa menembus jaringan nasional hingga internasional. Pasar virtual telah menjadi tempat perdagangan dengan omset besar dan berbiaya minim, beranjak menggantikan lapak-lapak pasar yang semakin menyempit dan mahal.
IT juga memberikan peluang yang sama untuk maju. Jejaring sosial Koprol yang dibuat sepenuhnya oleh orang Indonesia, dibeli oleh Yahoo! dengan harga miliaran rupiah. startuplokal.org , komunitas yang mengumpulkan orang-orang yang ingin memulai usaha, para pemodal, dan praktisi IT untuk duduk dan berkolaborasi bersama, berhasil menjadi komunitas startup terbesar di Indonesia. Atas keberhasilannya itu, mereka diundang oleh pemerintah Irlandia untuk datang dan melihat Europe’s Silicon Valley di sana. Tujuannya untuk membuat ekosistem Silicon Valley di Asia Pasifik.
Tentu saya tidak berangan-angan. Tegal memang punya potensi besar. Banyak anak muda. Banyak orang menjadi wirausaha. Potensi alam dan wisata melimpah. Tinggal bagaimana kita, masyarakat dan pemerintah, bersama-sama mengembangkan sumber daya, khususnya manusianya. Untuk mengakselerasinya, Pemerintah dapat mengadakan program “Pelatihan IT Berjenjang” di mana masyarakat dikategorikan sesuai dengan kemampuan dan pemahaman IT-nya. Dari tingkat pemula, menengah, hingga mahir. Dari pelatihan ini, diarahkan bagi masyarakat untuk bisa memberdayakan dunia internet sebagai ajang promosi usaha yang mereka kembangkan. Bagi tingkat mahir, dapat diarahkan untuk membuat aplikasi-aplikasi yang mendukung usaha kecil menengah. Atau juga dapat menjadi lahan kreatif untuk menciptakan aplikasi sesuai dengan bakat dan minat mereka sendiri. Intinya, kita akan mengubah paradigma masyarakat untuk menjadi produsen di dunia IT. Tak hanya menjadi konsumen.
Tegal tak kurang dengan ahli IT. Sayang mereka masih berada di mana-mana. Pemerintah dapat memanfaatkan momen pelatihan tersebut untuk mengundang kembali jawara-jawara ini untuk membagikan ilmunya, mengisi pelatihan, melakukan bimbingan, kemudian mengembangkan IT di Tegal dan sekitarnya. IT juga akan mendorong proses kreativitas timbul dengan sangat baik karena internet adalah gudang informasi dan data.
Investasi ilmu memang mahal. Namun, itulah yang membuat Islam jaya dengan tampilnya ilmuwan yang hafal Quran. Itulah pula yang membuat Eropa mampu bangkit saat Renaissance. Itulah pula yang membuat Jepang lahir dengan kekuatan baru Asia pasca bom atom. Dan saat ini, kita melihat sendiri bukti nyata Cina, yang berhasil mengembangkan ilmu dan teknologinya sendiri sehingga menjadi raksasa dunia. Saya yakin Tegal pun bisa. Dan perjalanan ribuan kilometer itu diawali dengan jejak langkah kecil.
==============================================
Tulisan ini ditulis oleh: Akhda Afif Rasyidi. Tulisan ini merupakan tulisan terbaik pertama dalam kompetisi “Mimpi Tentang Tegal” yang diselenggarakan oleh IDEA BAPPEDA Kabupaten Tegal dalam rangka HUT Kabupaten Tegal ke 410.
Sumber: http://akhdaafif.com/2011/05/31/tegal-pusat-teknologi-dan-kreativitas/