Jam berapa aktifitas warga Tegal dimulai? Jam 05:00 atau saat diberangkatkannya kereta api ekspress Kaligung tujuan Tegal – Semarang Poncol. Begitu yang dituliskan pada sebuah esai yang ditulis oleh Suriali Adi Kustomo dan Saroni Asikin dalam sebuah buku Tegal, Kota yang Tak Pernah Tidur. Yang diterbitkan oleh Kantor Humas dan Informasi Kota Tegal di tahun 2004.
Buku esai-foto setebal 94 halaman ini memuat esai mengenai Kota Tegal seperti Stasiun Tegal, PAI, Pasar Pagi, Sate Kambing Muda, Muara Tua, bangunan-bangunan bersejarah, dan masih banyak lagi. Setiap esai dilampirkan foto-foto yang diambil secara langsung oleh Agus Widjanarko dan Budiarto. Mereka merupakan salah satu budayawan Tegal yang sudah tidak dipungkiri lagi pengetahuannya tentang Tegal.
Banyak hal menarik yang bisa kita peroleh dari buku ini, salah satunya adalah fenomena Warteg di kota-kota besar. Di mana para penjualnya rela tidur bersempit-sempitan di antara karung-karung beras di kota rantau demi sebuah cita-cita, yaitu mengubah nasib mereka di desa. Keadaan justru sangat terbalik ketika melihat rumah-rumah mereka di daerah Cabawan, Margadana, Sumurpanggang, dan kampung-kampung warteg lainnya, di sana, dapat kita lihat buah dari usaha mereka. Beberapa rumah mewah terlihat sepi ditinggal penghuninya, ya, itulah rumah para pewarteg.
Tegal, Kota yang Tak Pernah Tidur ini bisa didapatkan di Perpusda. Sangat sulit untuk mendapatkan buku ini di toko-toko buku, karena memang tidak diproduksi lagi. Bagi yang ingin mempelajari tentang kehidupan warga Tegal, buku ini sangat cocok untuk dijadikan referensi karena sangat mudah untuk dicerna.
Selamat membaca 🙂
Sumber foto: Perpus UPS Tegal. Terima kasih Yola atas pinjaman bukunya…
https://salmanrafan.wordpress.com/2012/05/12/tegal-kota-yang-tak-pernah-tidur/
Aku wis maca awit 2012 yayayay!