Di Kabupaten Tegal, terdapat sebuah desa yang bernama Semedo. Letaknya sekitar 15 km arah timur dari ibukota Slawi. Tepatnya di kecamatan Kedung banteng. Memiliki luas sekitar 1900 hektar dengan jumlah penduduk sekitar 3000 jiwa.
Dimulai dari tahun 2000an, tepatnya 2004 akhir menuju tahun 2005, seorang bapak tua bernama Dakri mulai mencari fosil-fosil peninggalan jaman dulu. Tidak hanya fosil, ada juga batu-batu peninggalan jaman dulu seperti batu api, batu coral, baturajut, dll. Di tahun 2003, teman Dakri seorang guru SD yang mengajar di desa Semedo berbicara kepada Dakri jika hal yang dilakukan Dakri haruslah dilaporkan terlebih dulu kepada pemerintah, karena fosil-fosil yang ditemukan Dakri itu berhak dilindungi.
Sebenarnya, ini semua sudah terjadi sejak tahun 1987. Dakri sudah mulai menyukai memburu fosil-fosil di sepanjang kali yang biasanya disebut “kalen” (sungai kecil) berada di desa Semedo. Perjuangan Dakri dari mulai mencari, menemukan hingga mengumpulkan tidaklah mudah. Banyak hinaan dan cacian dari orang-orang bahkan saudaranya sendiri mengatakan jika Dakri adalah orang gila yang kerjaannya hanya keluar masuk hutan, yang berangkat pagi dengan tangan kosong lalu pulang sore dengan membawa batu. Tidak banyak perbekalan yang Dakri bawa untuk di hutan, hanya sebotol air putih dan sebungkus rokok. Untuk makanan, hanya sesekali Dakri membawa satu potong roti. Untuk perbekalan saja, Dakri harus menyiapkannya sendiri. Tak jarang rokok yang Dakri bawa adalah hasil hutang di warung. Keinginan Dakri saat itu sangat kuat, hingga siapapun yang memberinya saran untuk menyudahi kerjaannya yang tidak menghasilkan apa-apa itu pastilah berakhir dengan pertengkaran meskipun itu dengan keluarganya sendiri. Tidak hanya itu, karena kerjaan Dakri yang tidakmenghasilkan apa-apa berarti Dakri tidak bisa menafkahi keluarganya sendiri, ini juga menjadi permasalah di keluarganya. Banyak resiko yang harus Dakri tanggung, salah satunya kaki Dakri pernah tertusuk kayu hingga menembus keatas. Dakri tidak bisa apa-apa selama setengah bulan. Sempat terlintas di otak, Dakri ingin menyerah, tapi lagi dan lagi semangatnya lebih kuat dari rasa lelahnya. Bahkan Dakri rela jika tiap malam harus tidur di teras rumah untuk menjaga fosil-fosil penemuannya.
Harusnya Dakri tidak berjuang sendirian. Namun, apa boleh buat, karena pembangunan museum yang terlalu lama. Dakri harus menjaga sendirian fosil-fosil itu hingga Dakri memiliki banyak musuh. Seberapa banyaknya orang yang masuk ke hutan untuk mencari batu, seberapa banyak itu pula Dakri melarang. Karena yang lainnya seperti tidak terlalu perduli dengan Semedo. Banyak pencari batu yang masuk kehutan, Dakri tidak mempermasalahkan pencari batu yang mengerti fosil. Tapi untuk pencari batu yang tidak mengetahui fosil? Inilah alasan Dakri melarang orang-orang kehutan. Karena sudah banyak fosil-fosil yang dipecahkan karena para pencari batu itu tidak tahu jika itu adalah fosil.
Umur fosil-fosil ini 1,5 juta tahun lebih tua dari pada fosil-fosil yang berada di Sangiran. Pemerintah harus lebih banyak melakukan pelestarian dan perlindungan terhadap fosil-fosil dan batu ini. Banyak harapan untuk Semedo, terutama untuk gerbang pengetahuan dan bukti kehidupan-kehidupan pada jaman dulu.
Sutradara & penulis : Akhmad Rifqi Maulana
Produser : Mukhammad Izzi Mubarok
Editor & Visual FX : Akhmad Rifqi Maulana
Penata Kamera : Adi Putra P
Assisten Kamera 1 : Ikhsanudin Latief S.
Pengisi Musik : Gahara Raiden Soetansyah
Desainer Cover / Poster : Adi Putra P