Kamis, 4 April 2013, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal, bidang kebudayaan menggelar kegiatan pentas seni Kentrung sekaligus dilakukan pendokumentasian terhadap kesenian Kentrung khas Kabupaten Tegal. Kegiatan digelar di Gedung Kesenian atau Gedung Rakyat Kabupaten Tegal yang terletak di jalan Dr. Soetomo, no 8, Slawi. Pentas Seni Kentrung ini menampilkan seniman kentrung kawakan, Ibu Srilarsih Hegarmanah (60 tahun) dari Desa Kendal Serut, Kecamatan Pangkah, Slawi.
Pendokumentasian berupa pengambilan gambar untuk direkam dalam bentuk CD/DVD. Upaya ini dianggap tepat untuk pelestarian dan pendataan seni tradisional di abad teknologi ini, agar mudah dipelajari. Acara ini disaksikan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal, Bapak Drs. Heru Widiono, M.Si, Kepala Bidang Kebudayaan, Dra. Wuninggar, Kepala Seksi Sejarah dan Nilai Budaya, Pembayun Sulistyorini, S.S, serta staf Disparbud yang lain.
Apa Itu Kentrung?
Kentrung adalah salah satu kesenian tradisional khas Kabupaten Tegal. Kentrung dimainkan oleh satu orang sambil memukul kendang/terbang Jawa. Konon, ada juga yang ditambah dengan iringan siter. Kentrung merupakan salah satu bentuk tradisi lisan, yakni memberikan petuah dan nasehat melalui syair-syair yang dilantunkan sambil diiringi tabuhan terbang Jawa (baca: kentrung). Dahulu, kentrung biasa dimainkan oleh orang-orang tua di Kabupaten Tegal untuk menasehati anaknya tentang budi pekerti hidup, sopan santun kepada orang tua, tetangga, dan orang lain.
Penggunaan Kentrung ditujukan agar anak tidak bosan mendengarkan nasehat dan tidak merasa digurui atau diperintah, juga dimaksudkan agar hati anak selalu bahagia ketika mendengarkan nasehat. Perasaan bahagia ini yang menyebabkan anak cepat memahami isi syair. Dalam perkembangannya, syair Kentrung juga berisi pesan kebaikan tentang hidup sosial, pendidikan, hubungan cinta muda-mudi, juga cerita lucu.
Seiring dengan perkembangan zaman, kini keberadaan Kentrung sangat memprihatinkan, bahkan, hampir punah. Dahulu, hampir di setiap pedesaan di Kabupaten Tegal ada Kentrung, kini pentas dan senimannya tak lagi dijumpai. Tak ada lagi orang yang mau mempelajarinya. Generasi muda tak lagi suka, karena Kentrung dianggap kuno. Generasi muda sekarang lebih menyukai musik pop dan musik Barat.
Dengan hilangnya seni Kentrung, maka hilang pula pesan-pesan dan nilai-nilai kebaikan tradisional dalam syair Kentrung. Padahal, nilai-nilai itu masih sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat modern sekarang. Oleh karena itu, kesenian Kentrung harus dilestarikan (Jawa: diuri-uri), dijaga, bahkan harus dibuat pelatihan Kentrung untuk menciptakan generasi penerus.
Berdasarkan pemikiran ini, Disparbud Kabupaten Tegal melalui bidang kebudayaan mengundang seniman Kentrung yang hingga kini masih setia memainkan Kentrung, meski usianya sudah tidak muda lagi, dialah Ibu Srilarsih.
Siapa Ibu Sri Larsih?
Srilarsih Hegarmanah nama lengkapnya. Ia tinggal di Desa Kendal Serut, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal. Ibu Srilarsih Hegarmanah adalah salah satu (mungkin satu-satunya) seniman kentrung khas Kabupaten Tegal yang hingga kini masih setia memainkan Kentrung diusianya yang senja. Pensiunan guru SD ini mempelajari kentrung sejak kecil dari orangtuanya.
Menurut cerita nenek tiga anak dan tujuh cucu ini, dahulu ia sering diajak keliling mengamen bersama orangtuanya dari satu tanggapan ke tanggapan lain. Dari situ, ia belajar bagaimana orangtuanya menabuh gamelan, menyanyi Jawa, dan menari Jawa. Akhirnya, Bu Srilarish mampu memainkan gamelan sendiri, menyanyi dan menari Jawa.
Selain Kentrung, Bu Srilarsih juga mampu menari Topeng Endel, menyanyi keroncong, dance, dan menyanyi pop. Ia pernah merantau ke Jakarta untuk memperdalam kesukaannya pada tari. Ia bergabung dengan grup tari terkenal di Jakarta dan dengan grup itu, Bu Srilarsih pernah menari hingga ke Singapura. Dengan pengalamannya ini, Bu Srilarsih merasa bangga memiliki orangtua yang pernah mengajarkan kesenian Jawa.
Setelah pensiun, kini Bu Srilarsih masih sesekali menerima tanggapan untuk menari, menyanyi Jawa atau keroncong, juga kentrung. Meski usianya senja, namun tenaga dan suaranya masih kuat dan jelas. Terbukti saat pengambilan gambar tersebut, Bu Srilarsih masih mampu memainkan delapan syair lagu selama kurang lebih 1,5 jam duduk bersimpuh.
Dalam pentas ini, Bu Srilarsih melantunkan syair-syair tentang pentingnya pelestarian seni budaya, tempat pariwisata di Kabupaten Tegal, dan kegelisahan perilaku anak-anak sekarang yang suka kebut-kebutan dan kurang menghormati orangtua. Bu Srilarsih juga melantunkan syair-syair Kentrung yang sudah kondang, seperti lagu Waru Doyong, Kebo Bunteng, dan Kembang Cicilunteng. Semua lagu tersebut memuat pesan moral yang penting untuk dikaji dan difahami.
Harapan
Kegiatan ini merupakan langkah awal untuk pelestarian kebudayaan tradisional yang menjadi fokus Disparbud Kabupaten Tegal bidang kebudayaan. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal, Bapak Drs. Heru Widiono, M.Si, dan Kepala Bidang Kebudayaan, Dra. Wuninggar bersepakat, bahwa kesenian tradisional harus terus dilestarikan dan dikenalkan kepada generasi muda.
Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang terkandung di dalam kesenian tradisional masih sangat relevan untuk pembangunan manusia sekarang, begitu pula dengan seni Kentrung ini. Dalam sambutannya, Bapak Kepala Dinas menyatakan, bahwa kesenian Kentrung merupakan kesenian khas Kabupaten Tegal yang penting untuk dilestarikan, karena syair-syair yang dilantukan mengandung ajaran budi pekerti bagi kehidupan.
Ke depan, Disparbud Kabupaten Tegal merencanakan untuk melakukan pelatihan kesenian tradisional Kentrung. Tujuan untuk mencetak generasi-generasi baru seniman Kentrung, agar kesenian khas Kabupaten Tegal ini tidak punah, atau di klaim oleh bangsa lain. Jika sudah demikian, tentu kita juga yang salah.
Penulis: Yusuf Efendi, Pamong Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan di Tegal