Ruwat Bumi di Desa Purwahamba, Kisahkan Silsilah Berdirinya Purin

ruwat bumi purwahamba tegal

ruwat bumi purwahamba tegalKendati Obyek Wisata Purwahamba Indah (OW Pur’in) Suradadi bukan merupakan ikon Kabupaten Tegal, tapi obyek wisata tersebut juga sebagai wajah kota Poci. Karena itu, taman wisata yang terkenal dengan patung dinosaurus ini harus dijaga kelestariannya.

OW PUr’in merupakan salah satu kekayaan alam masyarakat Kabupaten Tegal. Sejarah berdirinya tempat wisata itu, lahir dari inspirasi mantan Gubernur Jawa Tengah, Almarhum Suparjo Rustam sekitar 1978. Kala itu, Suparjo Rustam yang dikenal sebagai Lurah Jateng ini tengah melintas di Pantura Kabupaten Tegal dalam perjalanannya dari Jakarta menuju Semarang.

Sampainya di wilayah Kecamatan Suradadi, dia terasa lelah dan menyempatkan diri untuk singgah di Desa Purwahamba. Pantai Purwahamba pada saat itu masih berupa kebun kelapa. melihat itu, kemudian almarhum yang kini dimakamkan di Taman makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang ini berangan-angan ingin membuat sebuah tempat istirahat atau rest area di desa tersebut.

Lantas ide cemerlang itu direalisasikan dengan memerintahkan BUpati Tegal yang pada saat itu dijabat oleh Hasyim Dirjo Subroto. Setelah melalui berbagai proses, kemudian kebun kelapa itu disulap menjadi rest area yang masih sangat sederhana. rest area hanya difasilitasi dengan pagar kawat berduri dan portal serta pos sebagai pemungut retribusi.

Kemudian pada perkembangan berikutnya, rest area dilengkap dengan halaman parkir serta kantor pengelola. Lambat laun, rest area itu pun berubah menjadi tempat wisata yang kini diberi nama OW Pur’in oleh pemuda kampung setempat. kemudian setiap tahun sejak resminya OW itu berdiri, warga selalu menggelar ruwat bumi sebagai wujud syukurnya kepada Allah SWT.

Seperti yang diadakan pada Kamis(6/11) kemarin, warga uang difasilitasi Pemkab Tegal menyelenggarakan kegiatan serupa. kegiatan dihelat di pantai sebelah barat dan dihadiri Bupati tegal Enthus Susmono dan anggota Forkompinda serta beberapa camat dan kepala desa di wilayah pantura Kabupaten Tegal.

Ruwat bumi kali ini, tampak berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebab, ruwat bumi yang dipimpin Bupati Tegal itu diwajibkan menggunakan Bahasa Tegalan saat upacara berlangsung. Kali pertama melaporkan dalam upacara itu, Camat Suradadi, Tri Guntoro.

Dalam laporannya, camat mengisahkan dilsilah berdirinya OW Purin. Saat melaporkan itu, beberapa warga tampak tertawa terpingkal-pingkal karena mendengar camat tersebut menggunakan Bahasa Tegalan. “Kaya kue sejarah cindek ngadege obyek wisata Pur’in (demikian sejarah singkat berdirinya Obyek Wisata Pur’in), kata tri Guntoro mengakhiri laporannya kepada bupati.

Menanggapi laporan itu, bupati hanya berujar “Ya, merad (ya, silahkan pergi)”. Mendengar kalimat itu, warga pun tertawa terpingkal-pingkal. Kemudian laporan kedua, dilakukan oleh Plt. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal, Chusnanupik. Dalam laporannya, dia memaparkan tentang tujuan ruwat bumi hingga anggaran yang digunakan dalam acara tersebut. Laporan itu pun menggunakan Bahasa Tegalan. “Wacana ruwat bumi wis pragat. Suwe-suwe waduke lara. Wis lah (pembacaan laporan ruwat bumi sudah selesai. Lama-lama perutnya sakit. Sudahlah),” kata Upik dihadapan bupati.

Mendengar kalimat itu, lagi-lagi tamu undangan yang hadir dan warga yang memadati lokasi itu tertawa terpingkal-pingkal. Begitu pula bupati yang berdiri di atas mimbar juga ikut tertawa. menurut bupati, bahasa Tegal tidak kasar. Hanya saja, bahasa Tegal terkenal dengan ciri khas cablak. Bupati menghendaki, setiap ada acara ritual demikian, supaya selalu menggunakan Bahasa tegalan. “Ruwat bumi itu tidak haram. Bumi memang harus diruwat atau dirawat,” kata Enthus menambahkan.

Enthus juga menyarankan, untuk menjaga kelestarian alam ini tidak hanya dengan menyelenggarakan ruwat bumi. namun, warga harus bisa menjaga kebersihan lingkungan obyek wisata. Hindari membuang sampah sembarangan karena dapat menimbulkan penyakit serta dapat merusak lingkungan sekitar. “Terutama jangan sampai memaku pohon. Pohon adalah makhluk hidup. Dia juga butuh dilindungi dan dilestarikan,” pintanya. (yerry novel/fat).

Sumber: Radar Tegal 7 November 2014

Related posts

Leave a Comment