KESENIAN wayang golek kini kian berkembang tak terbatas di kalangan orangtua, tetapi merambah anak muda. Tentunya hal itu tak lepas dari inovasi dan kreatifitas pembuat wayang goleknya dan sang dalang saat mementaskannya.
Salah satu dalang kondang yang berhasil memainkan wayang golek dengan halus seperti gerakan manusia, siapa lagi kalau bukan Ki Enthus Susmono. Ki Enthus dengan Wayang Santri-nya berhasil meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kesenian wayang golek, khususnya kecintaan di kalangan generasi muda. Setiap pementasan Wayang Santri, penontonnya selalu membludak.
Keberhasilan seorang dalang saat memainkan wayang golek, tidak lepas dari peran perajinnya. Siapa sangka, Kota Tegal memiliki warga yang berprofesi sebagai perajin wayang golek cepak Tegalan. Dia adalah Wahyo, warga Kelurahan Sumurpanggang, Kecamatan Margadana.
Di rumahnya yang berada di sebelah selatan Terminal Bus Kota Tegal, setiap hari dia disibukan dengan kegiatan membuat wayang golek cepak Tegalan. Berbagai inovasi dan modifikasi yang dilakukannya, telah melambungkan namanya sebagai empunya pembuat wayang golek cepak Tegalan kontemporer.
Bahkan, jika ditarik dari akar sejarah pembuatan wayang golek yang sekarang berkembang di wilayah Jawa Barat, berasal dari Kota Tegal. Kalau menyebut golek cepak, komunitas perajin golek dan para dalang di Jawa barat mengakui jika golek cepak berasal dari Kota Tegal.
Di rumahnya kini tersimpan ratusan golek cepak Tegalan. Ratusan golek cepak hasil karyanya itu disimpan dalam sebuah kotak.
Wahyo mengaku keahlian membuat golek cepak Tegalan adalah warisan dari pendahulunya. Pertama yang membuat Ki Buyut Darmin. Kemudian diteruskan Ki Tamjid, Ki Tasrip atau Ki Bogem. Dari Ki Tasrip, keahlian membuat golek cepak Tegalan diturunkan kepadanya.
Wahyo mulai aktif membuat wayang golek cepak Tegalan sejak masih duduk di bangku SMP dan diteruskan hingga SMA. Dia sempat mengadakan pameran wayang golek cepak Tegalan secara terbuka di GOR Wisanggeni pada 1996 silam. Selain itu, pernah juga diikutkan pada pameran di Jakarta pada 2006. Selain mengikuti pameran di Jakarta, juga diikutkan dalam pameran di Semarang.
“Keahlian membuat golek cepak diwarisankan orangtua. Buyut saya ahli membuat wayang golek cepak Tegalan dan diteruskan ke anak cucunya. Pembuatannya sampai sekarang masih berlangsung. Bapak saya sehari-harinya membuat wayang golek cepak,” ungkap Wahyo.
Sebagai perajin wayang golek cepak Tegalan, dirinya belum pernah menerima bantuan modal. Dia memang berharap ada bantuan hibah untuk pengembangan usahanya dari pemerintah daerah.
Wayang golek buatannya dibuat dari kayu Kedondong Jaran. Kayu tersebut sengaja dipilih sebagai bahan baku karena kualitasnya sangat bagus dan memiliki ketahanan prima. Pewarnaannya menggunakan cat semprot kendaraan roda empat.
Untuk menjaga pasokan bahan baku kayu, Wahyo menanam sendiri Kedondong Jaran dan sebagian membeli ke sejumlah daerah.
Dengan demikian, dia tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan pasokan bahan baku kayu. Untuk satu kotak berjumlah 150 buah golek, nilai jualnya mencapai Rp 85 juta.
“Kami berharap wayang golek cepak Tegalan bisa seperti wayang golek buatan Graha Wayang Golek Giri Harja yang dipasarkan hingga ke berbagai daerah di tanah air. Selain dijual melalui outlet di pusatpusat perbelanjaan, bandara dan toko, juga dijual ke sentra souvernir baik di Semarang, Bali maupun Batam”.
Wayang golek cepak Tegalan buatan Wahyo penjualannya masih terbatas. Karenanya, untuk mendukung kelancaran usahanya, dibutuhkan promosi secara berkelanjutan.
“Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai tersebut disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati insan pedalangan. Wayang golek cepak Tegalan, adalah salah satu kekayaan budaya Kota Tegal yang tak ternilai harganya,” katanya. (*/wan)
Sumber: Radar Tegal 31 Maret 2015