Matahari belum begitu tinggi, namun suasana di kampung nelayan Muarareja Kota Tegal sudah mulai dipenuhi warga yang semenjak kemarin sudah antusias akan mengikuti tradisi tahunan di bulan Suro (penanggalan Jawa). Kapal-kapan nelayan yang biasanya digunakan untuk mencari nafkah, hari ini dihias sedemikian rupa sehingga nampak cantik dan menarik. Tak hanya dihias, perahu juga diisi dengan buah-buahan, jajanan pasar seperti lepet dan ketan, kembang, dan ada satu perahu yang khusus membawa kepala kerbau.
Menjelang siang diadakan semacam pertunjukan wayang di depan TPI Muarareja dan sekitar pukul 10:30 acara baru dibuka oleh lurah setempat. Tentu saja tak lupa berdo’a bersama-sama sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing. Polair Kota Tegal memulai acara sedekah ini dengan patroli kembali meyakinkan agar jalur yang akan dilewati perahu peserta sedekah ini aman. Mengingat semua perahu akan dipacu dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Mulai dari Dermaga, perahu mulai dipacu dengan kecepatan yang cukup tinggi, tak ayal perahu-perahu saling bersenggolan. Namun para ABK tetap menjaga keamanan perahu yang diisi juga oleh warga yang antusias dengan tradisi ini. Ditengah perjalanan saat mendekati titik di mana tempat berkumpulnya ikan, para ABK memulai membagikan jajajan tersebut kepada penumpang kapal dan sebagian dilarungkan ke dasar laut. Untuk kapal pembawa kepala kerbau biasanya berjalan paling belakang dan menjadi perahu yang paling banyak diminati warga untuk dinaiki. Setelah kepala kerbau dilarungkan, baru kemudian perahu tersebut menjadi rebutan warga untuk dimandikan.
Ada makna tersendiri saat pelarungan kepala kerbau dan beberapa makanan ke laut. Selain sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang selama ini sudah diperoleh, jika kita berpikiran positif, warga Muarareja juga membagi rejeki tersebut kepada penghuni laut, seperti ikan-ikan. Bisa juga sebagai ajang balas budi. namun sayangnya banyak yang mengartikan hal ini secara negatif.
Jika kami perhatikan, sedekah laut yang paling unik dan menarik adalah sedekah laut di Muarareja ini. Karena lebih semarak dan kebersamaan antar warga juga sangat kental. Semua biaya ditanggung bersama, tak ada nominal minimalnya. Namun sayangnya tradisi ini tak begitu diangkat menjadi agenda tahunan demi menarik wisatawan di Kota Tegal. Terlebih untuk informasi tanggal pelaksanaannya juga sangat terbatas informasinya.
Baca juga Sedekah Laut Muarareja di wisatategal.com
biasane tanggal pira min?