
Toleransi akhir-akhir ini diperbincangkan banyak kalangan berkenaan dengan merebaknya konflik berbau SARA. Beberapa kalangan mengkhawatirkan ajaran intoleransi masuk ke ruang kelas lalu menghasilkan bibit radikalisme dan perpecahan bangsa.
Melihat kondisi itu sekelompok mahasiswa PGSD Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang terdiri dari Nisa Hadaina, Ismet Maulana, Dewi Wulandari, Maulida Nur Laeli, dan Hasbi Assidiqi memiliki cara unik dalam mengajarkan arti keberagaman kepada siswa SD, PAUD, dan TPQ di Kota Tegal. Mereka menciptakan golek dongeng NKRI yang diberi lakon kampung rukun.
Kisah keberagaman yang ingin diajarkan terhadap anak dituangkan dalam berbagai rupa golek yang menjadi lakon dalam cerita. Kisah dongeng kampung rukun menceritakan kehidupan sehari-hari sekelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis dan agama. Namun, meski berbeda suku dan agama, mereka hidup damai dan saling bertoleransi satu sama lain.

Tujuan program ini yakni ingin menanamkan toleransi dengan inovasi wayang golek. Anak-anak diharapkan bisa memiliki sikap toleransi tinggi sekaligus mencintai budaya. Program ini tidak hanya berfokus pada anak, tetapi juga pada guru yang bertujuan agar menciptakan suasana belajar yang menjunjung tinggi nilai persatuan.
“Targetnya kami bisa buat buku panduan cara mendongeng kampung rukun yang bisa digunakan para guru untuk mendongeng. Kami juga berharap, ada dukungan dari pemerintah dan kalangan masyarakat agar kami membuat komunitas yang bisa mencetak agent of peace cilik” tutur Nisa.
“Dengan dongeng ada beberapa keuntungan yang bisa didapat. Diantaranya menasehati anak tanpa anak merasa dinasehati. Kemudian, ilmu yang ditanamkan melalui dongeng akan tertanam secara permanen dalam memorinya. Sehingga melalui cara ini kita ingin mengajarkan tentang Kebhinekaan” Kata Ketua Kampung Dongeng Jawa Tengah Tedi Kartino saat menghadiri acara di TPQ Al Mukminin Kemandungan, Kota Tegal, Senin (29/5/2017).
Selain itu, kata Kak Tedi, dirinya bersama kampung dongeng dan kampung rukun ingin tetap konsisten menanamkan bagaimana untuk bertoleransi dengan satu sama lainnya kepada anak. Diharapkan dengan cara tersebut, mereka dapat lebih semangat lagi menjaga keutuhan NKRI dan berkarya untuk bangsa tanpa mempermasalahkan perbedaan.
Penulis:
Ismet Maulana (Anggota PKM-Pengabdian masyarakat GIPMOS PGSD UNNES)