Tidak banyak yang tahu mengenai komoditas utama dari daerah desa Kesuben, kecamatan Lebaksiu, kabupaten Tegal yaitu buah duku. Duku Kesuben menjadi salah satu buah khas kabupaten Tegal. Usaha peningkatan komoditas buah duku ini dilakukan sekitar tahun 2011, setelah sebelumnya di tahun 1992 pohon duku di Kesuben jumlahnya berkurang secara drastis karena banyaknya alih fungsi lahan.
Kemudian di tahun 2011, pihak pemerintah daerah berupaya mengangkat kembali Desa Kesuben sebagai sentra buah duku. Hal ini dilakukan dengan memberikan bantuan sebanyak 4.500 bibit pohon duku kepada masyarakat, dengan tetap didampingi oleh UPTD yang ada. Tujuannya, agar bibit bantuan itu dapat tumbuh berkembang dan Kesuben dapat kembali menjadi sentra buah duku.
Banyak yang mengira bahwa duku Kesuben itu adalah kokosan karena bentuknya yang mirip dengan kokosan, namun jika kita icip-icip, rasanya berbeda jauh. Duku ini lebih manis, kulitnya tipis, dan ukurannya juga besar-besar. Namun sayangnya pemasaran buah ini masih lokal, tidak banyak yang sampai ke luar kota. Praktek kecurangan tengkulak nakal juga semakin mengurangi pamor duku Kesuben ini. Karena biasanya tengkulak nakal sering mencampur duku ini dengan duku kualitas kurang bagus. Dan namanya bukan duku Kesuben lagi.
Salah satu pemilik kebun buah tersebut yang kami sambangi kali ini adalah bapak Munawar yang juga sekaligus seorang pemborong Duku Kesuben sejak 20 tahun lalu.
Biasanya saat musim panen datang, beliau bisa menebas 25 pohon duku. Pohon-pohon tersebut diambilnya dari pekarangan rumah warga yang ditanami pohon Duku. Setelah ditebas, Duku Kesuben tersebut biasanya di ambil oleh para tengkulak besar. Barulah kemudian buah duku Kesuben di jual dan dipasarkan oleh para pedagang ataupun dijual di kios.
“Duku Kesuben hampir mirip dengan Duku Palembang, bedanya Duku Kesuben lebih manis ibarat buah Mangga seperti Arumanis. Harga perkilo Duku Kesuben Rp. 25.000 – Rp. 30.000”, menurut bapak Munawar.