Masjid Jami Kabupaten Tegal Pertama Dibangun Pada Zaman Belanda

Sejarah Masjid Jami Kabupaten Tegal
Sejarah Masjid Jami Kabupaten Tegal
Foto: tribratanewspolrestegal.com

Saat Slawi masih menjadi kota kawedanan, warga setempat membangun sebuah Masjid dengan ukuran kecil sekitar 10 x 10 meter. Masjid yang dibangun di Desa Slawi Kulon, tepatnya di depan kantor kawedanan setempat (Rumah Dinas Bupati yang sekarang). Sampai saat ini Masjid tersebut masih berfungsi untuk solat jamaah lima waktu dan solat jamaah Jumat. Namun seiring waktu, masjid yang sebelumnya bernama Masjid Jami (Agung) Slawi, saat ini menjadi Masjid Al Ma’ruf Slawi.

Seiring perkembangan zaman, berkembang pula kondisi masjid yang mengalami empat kali rehab dan perbaikan serta perluasan bangunan. Seiring pula dengan berkembangnya Slawi sebagai Ibu Kota Kabupaten Tegal, berubah pula pembanguan kota itu. Secara otomatis, dari kota kawedanan menjadi kota kabupaten, banyak struktur tata kota yag harus ditata dan diperbaiki.

Kabupaten Tegal, kemudian membangun masjid baru di sekitar bunderan kawasan terpadu GBN, yang diberi nama Masjid Jami (Agung). Masjid yang cukup megah itu, saat ini merupakan salah satu bangunan ikon di Kabupaten Tegal dan aktifitasnya sebagai tempat ibadah masyarakat daerah itu. “Dari sinilah perubahan Masjid Jami Slawi di depan kawedanan menjadi Masji Al Ma’ruf. Karena yang berhak menyandang nama sebagai Masjid Jami (Agung) adalah Masjid dikawasan terpadu bunderan GBN,” terang Sekretaris Takmir , H Kodri, kepada Radar, Jumat (5/8).

Setiap harinya, masjid Al Ma’ruf digunakan oleh warga setempat untuk berjamaah. Juga tidak sedikit warga pendatang yang sengaja mampir saat tepat melintas diwilayah itu ketika waktu solat tiba. Masjid yang mengalami perubahan empat kali itu, dibagian dalam masih tersisa arsitektur lama yang belum diubah. Namun meski kondisi sudah jauh berubah, tetapi kesan masjid lama masih tersisa pada sebagian arsitektur bangunan masjid Al Ma’ruf itu.

Kegiatan Ramadhan

Selama Bulan Suci Ramadan, Masjid Al Ma’ruf juga memiliki aktifitas sebagai tempat berbagai kegiatan penyebaran agama Islam. Seperti kegiatan Kuliah Subuh, Pengajian dan Tarkhim sore jelang buka puasa. Juga mengadakan buka bersama antar Takmir warga saat waktu buka puasa tiba. “Ada Takjil dari warga yang dilakukan secara bergilir untuk buka bersama di dalam Masjid Al Ma’ruf,” ucap H Kodri.

Selain itu, Masjid yang dibelakangnya juga terdapat makam, bukan membuat suasana angker, malah menjadikan suasana masjid terasa nyaman dan sejuk, meski tanpa AC. Menurut salah sorang Takmir Masjid Al Ma’ruf, di makam belakan Masjid itu, telah dimakamkan seorang tokoh namun tidak terlalu jelas silsilahnya.

Takmir maupun masyarakat tidak mengetahui secara pasti, apakah ada kaitannya dengan berdirinya Tegal, atau hanya tokoh priyayi biasa. Pihaknya hanya mengetahui jika seorang tokoh priyayi yang dimakamkan dibelakang Masjid itu bernama R Ngabehi (Alm), seorang Raden keturunan darei Surakarta .  “Sesekali masih ada keluarga dari kraton Surakarta nyekar di makam ini,” ucapnya.

Sementara, terlepas dari kondisional dan perkembangan zaman yang terjadi, Masjid Al Ma’ruf, sampai saat ini tetap eksis dan digunakan sebagai tempat beribadah seperti Solat Jamaah dan lainnya. Tidak hanya itu, Masjid yang berada di depan Rumah Dinas Bupati Tegal itu, juga sering dipakai sebagai syiar Islam dengan menyelenggarakan berbagai acara pengajia dan kegiatan syiar Islam lainnya. (M GHONI, Radar Tegal 6 Agustus 2011 )

Related posts

Leave a Comment